Sejak kecil kita sudah mengenal kasih, lewat orang tua, lewat saudara dan lewat teman-teman. Sejak kecil kita juga telah dituntut untuk mengasihi. Kita belajar untuk mengasihi. Kita dididik untuk mengasihi. Sampai saat ini, kita masih tetap dituntut dan diajar tentang kasih.
Dalam I Yohanes 3:11 dikatakan, “Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi;” Sejak pertama kita mengenal Kristus, perintah untuk saling mengasihi sudah kita dengar. Sejak kita pertama kali muncul di dunia ini, kita sudah mengenal kasih. Belaian lembut dari Ibu mengajarkan kita tentang kasih. Sampai saat inipun kita selalu ingin dikasihi dan mengasihi. Seakan-akan kasih itu ada disepanjang hidup kita.
Tetapi, apakah kita sungguh-sungguh mengerti tentang kasih? Berapa banyak kita berkata kepada orang lain kita mengasihi mereka. Terhadap orang tua kita, terhadap suami/istri, terhadap pacar/tunangan kita terhadap saudara dan teman-teman kita? Khususnya terhadap Tuhan…
Ada sebuah kisah yang baik untuk kita renungkan. Di kota Bondowoso ada sebuah rumah yang dihuni oleh banyak keluarga yang merupakan satu keluarga besar. Mereka semuanya adalah pedagang dan mulai dari pagi sampai malam mereka bekerja. Rumah besar itu sehari-harinya hanya dihuni oleh anak-anak kecil dan beberapa wanita. Ada salah satu anak yang masih kecil, baru berumur 4 tahun. Ia biasa dipanggil Ase dan tinggal bersama 6 orang saudara sepupunya yang sudah duduk dibangku SD.
Pada suatu hari, saat sore hari dimana mereka biasanya berkumpul bersama. Datang Pamannya dari luar kota membawa sekeranjang penuh buah srikaya sebagai oleh-oleh. Mereka berlarian menyambut Pamannya dan tanpa banyak berbicara ke 6 saudara sepupunya itu langsung berebut buah srikaya tersebut. Tak terkecuali si kecil ini. Dia dengan tangkas memilih dan mengambili buah srikaya yang besar-besar. Kakak sepupunya yang asik makan buah srikaya akhirnya terheran-heran melihat tingkah si kecil ini. Si kecil mengambil buah yang besar-besar dan membawanya penuh di bajunya tetapi tidak dimakannya. Ia malah berlari masuk kekamar. Dan menyembunyikan buah srikaya itu dilaci meja.
Beberapa jam telah lewat, saat malam hari tiba, orang tua mereka pulang dari kerja. Si kecil berlarian menemui Ayah dan Ibunya dan menyeret tangan mereka masuk kedalam kamar. Saat itulah mereka semua tahu bahwa sikecil itu melakukan hal itu untuk kedua orang tuanya. Dengan bangga si kecil itu menunjukan dan memberikan buah srikaya yang besar-besar itu kepada orang tuanya. Sedang yang dikeranjang oleh-oleh itu telah habis sejak dari sore tadi dan tinggal daun-daunnya saja. Rupanya si kecil ini tahu sifat dari kakak-kakak sepupunya itu.
Paman yang datang itu menceritakan kepada orang tua si kecil ini apa yang telah dilakukannya tadi. Hati kedua orang tuanya terharu akan cinta anaknya.
Apa yang diperbuat si kecil itu kita tahu bahwa itu adalah kasih. Juga kita, kepada siapakah kita telah mengucapkan kasih dan mengatakan cinta tetapi apakah kita juga telah berbuat seperti anak kecil itu?
Tentu jika kita menanyakan kepada ke 6 saudara sepupunya itu apakah mereka mengasihi orang tuanya, mereka akan menjawab ya. Tapi kini sudah wakutnya kita sadar bahwa kasih itu bukan suatu kata-kata. Kasih tidak diungkapkan dalam perkataan tetapi dalam perbuatan. Dalam I Yohanes 3:18 dikatakan sebagai berikut, “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tatapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.” Jika kita mengatakan mengasihi seseorang tetapi kita tidak pernah berbuat sesuatu dengan dasar kasih kepadanya, apakah itu kasih? Kepada siapa saja kita telah mengucapkan cita? Adakah perbuatannya? Jika kita diam saja pada saat kita tahu bahwa ia membutuhkan pertolongan kita, apakah itu kasih?
Lihat apa yang diperbuat Tuhan Yesus kepada kita. Menjadi manusia dan menderita sampai mati untuk kita. Untuk menebus dosa kita supaya kita dapat memperoleh keselamatan kekal. Itu adalah perbuatan dari ungkapan kasih Allah. Bukan hanya omong kosong Alkitab banyak menuliskan Allah mengasihi manusia. Kasih itu suatu perbuatan!
Kitab Amsal 27:5 menuliskan sesuatu tentang kasih, sebagai berikut“Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi” Benar! kasih tidak selamanya manis dan lembut. Kasih pada dasarnya adalah usaha untuk menyelamatkan dan memberikan yang terbaik buat orang yang kita cintai.
Jelas disini bahwa kasih itu memerlukan aksi, bukan untuk disimpan dan dirasakan untuk dikatakan seperti sebuah kata manis dari seorang pujangga. Itu bukan kasih, bayangkan jika Allah kita seperti itu.
Mulai saat ini, belajarlah untuk dapat saling mengasihi dengan kasih yang sungguh yang nyata dalam perbuatan dan didalam kebenaran. Bukan kasih yang tersembunyi dalam hati yang muncul jika kita ditanya atau saat kita merenungkannya.
GOD IS GOOD
0 comments:
Post a Comment